De' Ela, 2008
Di sebuah orbit di dalam
tata surya, terdapatlah sebuah Anak komet yang periang. Dan senang sekali
berevolusi pada Matahari dengan kecepatan di atas rata-rata. Berevolusi pada Matahari
adalah mengelilingi Matahari.
Sumber foto: http://mengakujenius.com/9-ciri-ciri-komet-dan-pengertiannya-lengkap/
Ia selalu menyalip komet
lain sehingga mereka terkejut dan diterpa angin yang dibuatnya. Dia menyalip
dengan gesit dan sering berseru senang atas sensasinya. Ekornya melayang dan
terpuntang-panting ketika Anak komet menghindar dari tabrakan.
“Awas! Aku mau lewat!” seru Anak komet memberi
peringatan kepada segerombol komet dewasa yang menghalangi jalan. “Berhenti!”
seru salah satu komet dewasa kepada Anak komet.
Anak komet berhenti tepat waktu. Bingung. “Kami
peringatkan kamu; jangan bervolusi seperti itu! Itu berbahaya untukmu dan yang
lain. Maka kurangilah kecepatannmu!” nasihat komet dewasa dengan lembut dan
tegas.
Tapi Anak komet malah tertawa. “Kalian tenang
saja. Aku sudah ahlinya dalam melaju dalam kecepatan tinggi. Bahkan aku bisa berevolusi
dengan menutup mata,” kemudian dia melaju lagi, dengan menutup mata, nyaris
menabrak pagar dari komet yang cepat-cepat menghindar dan memandang sebal anak
komet yang terbang berbelok-belok tak tentu arah.
Celakanya, dia terbang menjauhi Matahari. Tanpa
sadar dia tebang juga menjauhi Merkurius, Venus, lalu Bumi. Dan setelah
beberapa lama dia terbang dengan masih menutup mata, dia terbentur lapisan
sedingin es.
Ia membuka mata dan melihat sosok besar sekali
yang diselimuti es, hawa dingin terasa sekali di sana. “Ouch,” gumam sosok itu.
“Oh, kau pasti komet, benda langit yang tersusun dari debu dan gas beku,”
katanya ramah. Anak komet sendiri mengamati sosok besar itu lalu berkata; “Dan
kau pasti Saturnus.”
“Saturnus? Bukan, aku Neptunus,” kata planet itu
geli. Anak komet bingung dan berkata; “Tapi kupikir Saturnus yang punya sabuk
cincin raksasa, dan Uranus punya cincin planet.”
Tetapi planet besar itu tertawa geli dan kemudian
berkata; “Ini adalah cincin planet, Neptunus yang memilikinya. Uranus punya
sabuk cincin raksasa. Dan Saturnus tidak punya apa-apa,” jawabnya geli.
“Jadi kau Neptunus dan punya cincin planet. Uranus
punya sabuk cincin raksasa. Dan Neptunus tidak punya apa pun,” ulang anak
komet. Dan si planet lagi-lagi tertawa geli. “Bukan,” akunya, “Neptunus tidak
punya apa-apa. Uranus punya cincin planet. Dan Saturnus punya sabuk cincin
raksasa, itu aku. Maaf, aku suka bergurau dan membuat yang lain bingung,”
akunya sambil masih tertawa geli. Sementara Anak komet terdiam.
“Nah, apa yang kau lakukan di sini?” tanya
Saturnus setelah berhenti tertawa.
“Aku tidak tahu. Sepertinya aku tersasar,” jawab
Anak komet. Sesaat kemudian tiba-tiba Anak komet itu menangis tersedu-sedu dan
berkata; “Aku ingin pulang. Aku takut...” rengeknya.
“Tenanglah anak komet. Aku akan menolongmu. Ah,
bukankah arah ekormu menjauhi Matahari,” Saturnus mengusulkan. Namun Anak komet
semakin menjadi-jadi tangisnya ketika dia sadar ekornya tidak ada. Pasti dia
sangatlah jauh dari Matahari.
“Tenangkan dirimu. Aku punya ide,” kata Saturnus
setelah berpikir dengan terburu-buru. Anak komet langsung diam. “Di antara aku
ada Uranus dan Jupiter. Dan yang lebih dekat dengan Matahari adalah Jupiter.
Dan sepertinya kita harus menunggu sampai kita berpapasan dengannya.”
Kemudian lama sekali mereka menunggu. Dan mereka
akhirnya berpapasan dangan Jupiter, walau saat itu si Anak komet sudah menjadi
komet dewasa. Dia akhirnya meluncur melewati Jupiter, melewati Mars, melewati
Bumi, lalu Venus, Merkurius, dan akhirnya dia sampai juga di Matahari.
Menceritakan petualangannya pada teman-temannya. Sangat senang ekornya panjang
lagi karena dekat dengan Matahari. Dan menjadi komet yang lebih bijak daripada
dulu.
~~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Boleh dicopy tapi jangan diPLAGIAT ya.