Rabu, 27 Agustus 2014

Hal Romantis dalam Organisasi Islam

       Beberapa waktu lalu temanku menceritakan kepadaku tentang peristiwa yang membuatku tersentuh, terharu.
            Hal ini tentang sebuah organisasi islam di kampus kami. Jazirah namanya. Aku tidak ikut dalam organisasi itu tapi aku suka berkumpul dan berteman dengan mereka karena mereka memiliki pengaruh baik, dan mereka memang baik. Seperti halnya pramuka yang aku pegang teguh, organisasi Islam juga memegang teguh prinsip-prinsip dan nilai-nilai (norma) yang aku sukai.

Nama organisasi Islam di kampusku Politeknik Negeri Semarang adalah Jazirah. Perbincangan kami tentang Jazirah entah berawal darimana tapi aku teringat ketika aku ikut acara Gebyar MUSLIMAH. Aku agak heran di kantik Tata Niaga kami ada banyak anak laki-laki dengan pakaian sopan sambil membuka laptop. Oke, mungkin mereka sedang belajar, tapi apabila benar mereka dari kos dan ke kampus untuk belajar apakah harus serapi itu?
Kemudian aku mengerti ketika acara Gebyar Muslimah selesai dan para anak laki-laki ini masuk ruangan acara. Mereka rupanya dengan setianya menunggui para akhwat (teman-teman yang putri), merekalah yang bertugas untuk membereskan perlengkapan.
Sontak aku terharu. Bagiku, itu sikap ksatria.
Temanku ini, panggilannya Ifa, dia tinggal di wisma yang mana menjadi salah satu posko untuk organisasi Islam yang putri. Sementara wisma untuk yang putra ada di rumah sebelahnya.
Ifa bercerita bahwa ketika acara Idul Ahda anak-anak wisma biasanya membakar sate. Caranya, yang putri membuat bumbu dan menyiapkan sate, kemudian ditaruh di pagar pembatas supaya diambil anak-anak laki-laki untuk dibakarkan. Setelah matang bagian untuk yang putri akan ditaruh di atas pagar lagi, kemudian mereka mengirim pesan singkat kepada yang putri supaya diambil.
Aduh, aku bingung bagaimana menceritakannya supaya pembaca menangkap chemistry yang tercipta dalam imajinasiku, dalam bayanganku ketika mereka bekerjasama. Melakukan suatu hal bersama-sama dengan cara yang indah menurutku.
Bagiku, itu adalah hal yang sangat romantis. Bagaimana cara mereka saling menjaga diri, menjaga kehormatan dan harga diri satu sama lain, bagaimana cara mereka tetap bekerjasama tapi tetap memiliki batas. Itu indah dalam mataku. Itu romantis bagiku.
Lebih romantis daripada makan berdua, atau nonton bioskop berdua.
Mereka adalah sekelompok perempuan dan sekelompok laki-laki yang bekerjasama dengan tetap menjaga diri supaya tetap ada jarak. Yang perempuan memiliki tugas sendiri dan yang laki-laki memiliki tugas sendiri, ini seperti ketika yang laki-laki bekerja di luar dan yang perempuan yang memasak. Bagiku ini juga salah satu sikap ksatria seperti ketika di acara Gebyar Muslimah.
Mungkin bagi pembaca konyol dan aneh, yang perempuan menyiapkan sate dan yang laki-laki yang membakar dengan dibatasi oleh pagar tembok sehingga tidak ada komunikasi secara langsung. Bagaimana bisa disebut romantis? Bagaimana bisa yang putri ada acara dan yang laki-laki hanya menunggu untuk jadi semacam petugas usung-usung dianggap ksatria?
Di rumahku, biasanya ayahku yang menyembelih ayam, mengulitinya, membersihkan dari kotoran, semantara ibuku yang memasaknya untuk kami. Ketika lebaran kami sekeluarga yang merangkai janur, aku dan ibu yang mengisi beras, sementara ayahku yang memasak di tungku berpanas-panasa dengan api dan kayu yang membara selama kurang lebih tiga jam.
Jika pembaca bisa menangkap maksudku, alhamdulillah. J
Satu hal yang juga sangat aku suka. Sikap ksatria ini, sikap mereka untuk menjaga kehormatan dan mengambil alih pekerjaan-pekerjaan berat, mereka lakukan bukan hanya untuk satu orang saja, bukan hanya ketika kepada gadis yang spesial bagi mereka. Tapi kepada semua teman-teman perempuan yang membutuhkan. Tidak pandang buluh. Yang mana aku mengartikan bahwa mereka memang orang-orang yang baik dan ksatria. Kesetiakawanan, kerjasama, solidaritas, keharmonisan dalam keluarga besar yakni Islam.
Sungguh menyenangkan melihat fenomena itu. Aku mungkin bisa memandangi itu semua dengan nyaman tanpa perlu risih. Karena, apabila sikap ksatria atau sok gentelmen semacam itu hanya kepada sepasang laki-laki dan perempuan yang saling punya rasa, aku jadi risih sendiri. Isi hati yang terlihat tampaknya sudah berbeda sih. Hihihi...

Aku, melihat persahabatan, solidaritas, harmonis (romantis), ksatria (pembagian tugas yang tepat), syar’i.
Sikap yang romantis dan ksatria dari anak laki-laki bagiku bukan bunga atau perhatian yang lebih kepada gadis yang disayang, tapi adalah cara untuk menjaga kehormatan dan harga diri si perempuan. Menjaga mereka untuk tidak tersentuh bahkan oleh diri mereka sendiri. Dan aku suka cara anak-anak Jazirah berorganisasi, berkomunikasi, bekerjasama, tapi tetap saling menjaga diri.

1 komentar:

Boleh dicopy tapi jangan diPLAGIAT ya.