Selasa, 20 Mei 2014

PERI HUTAN (Elf of Forest)

PERI HUTAN
11 Desember 2011, ditulis oleh De' Ela

Suara tapak sepatu Ashley terdengar di keheningan hutan. Sepatu kulit tanpa hak itu hanya menimbulkan suara desisan setiap melangkah. Talinya panjang mengikat erat betis Ashley. Dia duduk di atas batang pohon. Memandang Jack yanng sibuk mengelap pedangnya.
Senja dengan cahaya merahnya tak mampu menembus terlalu banyak celah dahan. Burung parkit yang bertengger pada dahan pohon oak diam mengawasi mereka. Angin berhembus perlahan membuka pembicaraan.
“Besok adalah waktunya,” kata Ashley.


“Aku tahu.”
“Aku juga sudah tidak sabar. Aku sudah menyiapkan panah dan busurku,” katanya riang.
“Kau mau apa? Ini hanya untuk pria!”
“Hanya untuk pria atau hanya untukmu!” cibir Ashley.
“Itu kau sudah tahu,” gumam Jack.
Ashley mendengus. Memanjat dahan pohon dengan begitu mudah. Duduk di sana dan mulai bermain dengan para hewan kecil.
Jack geleng kepala memandangnya. “Kau perempuan tapi tingkahmu seperti laki-laki. Sebenarnya apa maumu?” gumamnya pelan. Dan nampaknya Ashley tak mendengar.
Jack masih ingat dua hari lalu ketika Ashley mendatanginya. Membawakannya sekantung penuh makanan. Berkata bahwa dia ingin bergabung dengan Jack menjaga desa. Namun Jack menolak bantuan itu.
“Kau tidak bisa melakukanya sendiri. Robbin Hood juga butuh kawan-kawannya untuk menegakkan keadilan!” ujar Ashley.
“Jadi kau ingin menjadi seperti Marion,” cemooh Jack.
“Tidak!” pipinya bersemu malu, “Tapi aku ingin bertarung bersamamu. Desa bukan tanggung jawabmu sepenuhnya. Dan aku juga boleh membantu.” Ahley menatap Jack dengan bersungguh-sungguh. Membuat Jack memilih untuk tak memperpanjang perdebatan mereka. “Desa beserta seluruh isinya adalah tanggung jawabku karena aku adalah ksatria Duffcant. Sebaiknya kau kembali. Dan terima kasih makanannya,” katanya tenang lalu pergi sebelum Ashley sempat menyahut.
Namun Ashley tetap tinggal di sana, di tempat persembunyian Jack. Bermain bersama hewan-hewan kecil, berlatih memanah, dan berburu rusa atau celeng sendirian.
Jack harus mengakui bahwa Ashley cukup berbakat dalam hal memanah. Namun tampaknya dia juga cukup betah berada di sana. Meskipun Jack sudah berusaha membuatnya tak betah dengan tak mengacuhkanya.
“Biarkanlah aku ikut, Jack. Aku akan membantumu!”
“Selama ini aku bisa mengatasi masalah seperti ini sendirian dan ternyata aku selamat dan sehat. Tidak terima kasih,”  Jack menolak. Hari ini adalah waktu yang diperkirakan pendeta desa bahwa para perampok akan mendatangi desa kecil Jack. Suatu hal yang sering terjadi dan Jack selalu berhasil mengalahkan sekawanan perampok itu sendirian.
“Mereka sudah semakin dekat dan bukan saatnya untuk sok pahlawan!” cemooh Ashley sambil menyambar busur dan panah.
“Aku tidak!” kali ini tingkah Ashley sudah benar-benar membuatnya kesal.
“Ya, Jack!
“Aku sudah mendengar banyak tentang kekejaman para perampok yang satu ini. Mereka bukan amatir! Harta karun desa bukanlah harta yang sedikit. Akan tiba saatnya perampok hebat datang untung merampasnya dan inilah saatnya! Mereka benar-benar berbahaya, Jack!” desak Ashley.
“Karena itu aku minta kau untuk tidak ikut. Kau wanita hanya akan menyusahkanku dan membuat semua rencanaku gagal! Pergilah dan jangan pernah ganggu aku, Ashley!” Jack benar-benar tak bisa kendalikan diri. Ashley terdiam, sakit hari. Jack diam sadar ucapannya terlalu kasar. Maka dia berlalu pergi meninggalkan Ashley.
Untuk sesaat Ashley diam di tempat lalu mendesah dan pergi ke arah yang berbeda.
Sementara itu Jack sudah bersembunyi di atas pohon, mengawasi sekawanan perampok berkuda yang lewat. Dia berhasil membius dua orang di belakang dengan jarum kecil. Namun sepertinya dia sudah ketahuan. Dua pisau yang dilemparnya ke arah mereka berhasil ditangkap. Dan kedua puluh delapan perampok itu menoleh menghadap Jack.
Jack bukan hanya kalah jumlah tapi juga kalah ketangkasan. Ashley benar, mereka benar-benar hebat. Berhasil membuat Jack terpojok. “Kau pikir kau sendirian bisa menghalangi kami, eh?” cemooh ketua perampok.
Datang dua anak panah sekaligus tanpa diduga, menembus jantung dua perampok. Lalu datang lagi. Kebanyakan dari mereka sudah lengah. Tak menyadari Ashley yang berdiri di atas pohon. Begitu cepat terjadi. Sisa perampok yang tersisa langsung tewas terkena panah Ashley. Jack tak bisa mempercayai hal ini. Ashley melompat dari pohon dan gaun hijaunya berkibar indah. Mendarat ke tanah perlahan.
“Kau peri?” Jack makin terkejut menyadari ini.
Ashley mengangguk. “Peri Hutan, Jack.
“Melihatmu berjuang sendirian membuatku kagum. Kau dalam bahaya buatku tak tega. Janganlah kau perbudak dirimu untuk desa yang bahkan tak perdulikan keselamatanmu, Jack.”

~Selesai~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Boleh dicopy tapi jangan diPLAGIAT ya.