PERI HUTAN
11 Desember 2011, ditulis oleh De' Ela
Suara tapak
sepatu Ashley terdengar di keheningan hutan. Sepatu kulit tanpa hak itu hanya
menimbulkan suara desisan setiap melangkah. Talinya panjang mengikat erat betis
Ashley. Dia duduk di atas batang pohon. Memandang Jack yanng sibuk mengelap
pedangnya.
Senja dengan
cahaya merahnya tak mampu menembus terlalu banyak celah dahan. Burung parkit
yang bertengger pada dahan pohon oak diam mengawasi mereka. Angin berhembus
perlahan membuka pembicaraan.
“Aku tahu.”
“Aku juga sudah
tidak sabar. Aku sudah menyiapkan panah dan busurku,” katanya riang.
“Kau mau apa?
Ini hanya untuk pria!”
“Hanya untuk
pria atau hanya untukmu!” cibir Ashley.
“Itu kau sudah
tahu,” gumam Jack.
Ashley
mendengus. Memanjat dahan pohon dengan begitu mudah. Duduk di sana dan mulai
bermain dengan para hewan kecil.
Jack geleng
kepala memandangnya. “Kau perempuan tapi tingkahmu seperti laki-laki.
Sebenarnya apa maumu?” gumamnya pelan. Dan nampaknya Ashley tak mendengar.
Jack masih
ingat dua hari lalu ketika Ashley mendatanginya. Membawakannya sekantung penuh
makanan. Berkata bahwa dia ingin bergabung dengan Jack menjaga desa. Namun Jack
menolak bantuan itu.
“Kau tidak bisa
melakukanya sendiri. Robbin Hood juga butuh kawan-kawannya untuk menegakkan
keadilan!” ujar Ashley.
“Jadi kau ingin
menjadi seperti Marion,” cemooh Jack.
“Tidak!”
pipinya bersemu malu, “Tapi aku ingin bertarung bersamamu. Desa bukan tanggung
jawabmu sepenuhnya. Dan aku juga boleh membantu.” Ahley menatap Jack dengan
bersungguh-sungguh. Membuat Jack memilih untuk tak memperpanjang perdebatan mereka.
“Desa beserta seluruh isinya adalah tanggung jawabku karena aku adalah ksatria Duffcant.
Sebaiknya kau kembali. Dan terima kasih makanannya,” katanya tenang lalu pergi
sebelum Ashley sempat menyahut.
Namun Ashley
tetap tinggal di sana, di tempat persembunyian Jack. Bermain bersama
hewan-hewan kecil, berlatih memanah, dan berburu rusa atau celeng sendirian.
Jack harus
mengakui bahwa Ashley cukup berbakat dalam hal memanah. Namun tampaknya dia
juga cukup betah berada di sana. Meskipun Jack sudah berusaha membuatnya tak
betah dengan tak mengacuhkanya.
“Biarkanlah aku
ikut, Jack. Aku akan membantumu!”
“Selama ini aku
bisa mengatasi masalah seperti ini sendirian dan ternyata aku selamat dan
sehat. Tidak terima kasih,” Jack
menolak. Hari ini adalah waktu yang diperkirakan pendeta desa bahwa para
perampok akan mendatangi desa kecil Jack. Suatu hal yang sering terjadi dan
Jack selalu berhasil mengalahkan sekawanan perampok itu sendirian.
“Mereka sudah
semakin dekat dan bukan saatnya untuk sok pahlawan!” cemooh Ashley sambil
menyambar busur dan panah.
“Aku tidak!”
kali ini tingkah Ashley sudah benar-benar membuatnya kesal.
“Ya, Jack!
“Aku sudah
mendengar banyak tentang kekejaman para perampok yang satu ini. Mereka bukan
amatir! Harta karun desa bukanlah harta yang sedikit. Akan tiba saatnya
perampok hebat datang untung merampasnya dan inilah saatnya! Mereka benar-benar
berbahaya, Jack!” desak Ashley.
“Karena itu aku
minta kau untuk tidak ikut. Kau wanita hanya akan menyusahkanku dan membuat
semua rencanaku gagal! Pergilah dan jangan pernah ganggu aku, Ashley!” Jack
benar-benar tak bisa kendalikan diri. Ashley terdiam, sakit hari. Jack diam
sadar ucapannya terlalu kasar. Maka dia berlalu pergi meninggalkan Ashley.
Untuk sesaat
Ashley diam di tempat lalu mendesah dan pergi ke arah yang berbeda.
Sementara itu
Jack sudah bersembunyi di atas pohon, mengawasi sekawanan perampok berkuda yang
lewat. Dia berhasil membius dua orang di belakang dengan jarum kecil. Namun
sepertinya dia sudah ketahuan. Dua pisau yang dilemparnya ke arah mereka
berhasil ditangkap. Dan kedua puluh delapan perampok itu menoleh menghadap
Jack.
Jack bukan
hanya kalah jumlah tapi juga kalah ketangkasan. Ashley benar, mereka
benar-benar hebat. Berhasil membuat Jack terpojok. “Kau pikir kau sendirian bisa
menghalangi kami, eh?” cemooh ketua perampok.
Datang dua anak
panah sekaligus tanpa diduga, menembus jantung dua perampok. Lalu datang lagi.
Kebanyakan dari mereka sudah lengah. Tak menyadari Ashley yang berdiri di atas
pohon. Begitu cepat terjadi. Sisa perampok yang tersisa langsung tewas terkena
panah Ashley. Jack tak bisa mempercayai hal ini. Ashley melompat dari pohon dan
gaun hijaunya berkibar indah. Mendarat ke tanah perlahan.
“Kau peri?”
Jack makin terkejut menyadari ini.
Ashley
mengangguk. “Peri Hutan, Jack.
“Melihatmu
berjuang sendirian membuatku kagum. Kau dalam bahaya buatku tak tega. Janganlah
kau perbudak dirimu untuk desa yang bahkan tak perdulikan keselamatanmu, Jack.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Boleh dicopy tapi jangan diPLAGIAT ya.